vocalexposes.com – Kesultanan Deli adalah kerajaan Islam yang berdiri di Tanah Deli, sekarang pKota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Kerajaan ini didirikan oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan pada 1632, ketika masih di bawah Kerajaan Aceh.
Barulah pada abad ke-19, Kesultanan Deli menjadi kerajaan independen setelah memisahkan diri dari Aceh dan Siak.
Kesultanan Deli masih tetap ada hingga kini, meskipun tidak lagi memiliki kekuatan politik setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sejarah berdirinya Kesultanan Deli
Sejarah berdirinya Kesultanan Deli bermula saat Kerajaan Aceh melakukan perluasan wilayah di Sumatera Utara.
Pada 1632, Laksamana Gocah Pahlawan diutus untuk menjadi wakil Kerajaan Aceh di wilayah Aru.
Saat itu, di daerah Batak Karo terdapat empat raja yang telah masuk Islam.
Empat raja itu kemudian mengangkat Laksamana Gocah Pahlawan sebagai raja di Deli.
Peristiwa itu menandai berdirinya Kesultanan Deli dan Gocah Pahlawan resmi menjadi raja pertamanya.
Baca juga: Kerajaan Melayu: Letak, Raja-raja, dan Ekspedisi Pamalayu
Raja-raja Kesultanan Deli
- Tuanku Panglima Gocah Pahlawan (1632–1669)
- Tuanku Panglima Perunggit (1669–1698)
- Tuanku Panglima Paderap (1698–1728)
- Tuanku Panglima Pasutan (1728–1761)
- Tuanku Panglima Gandar Wahid (1761–1805)
- Sultan Amaluddin Mangendar (1805–1850)
- Sultan Osman Perkasa Alam Shah (1850–1858)
- Sultan Mahmud Al Rashid Perkasa Alamsyah (1858–1873)
- Sultan Ma’mun Al Rashid Perkasa Alamyah (1873–1924)
- Sultan Amaluddin Al Sani Perkasa Alamsyah (1924–1945)
- Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsyah (1945–1967)
- Sultan Azmy Perkasa Alam Alhaj (1967–1998)
- Sultan Otteman Mahmud Perkasa Alam (1998 – 2005)
- Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa Alam (2005-sekarang)
Perkembangan Kesultanan Deli
Selama rentang waktu kekuasaan yang cukup panjang, Kesultanan Deli mengalami pasang surut silih berganti.
Pada awal abad ke-18, pernah terjadi pergolakan di antara keluarga Kesultanan Deli setelah wafatnya Tuanku Panglima Paderap.
Perpecahan tersebut dikarenakan adanya perebutan kekuasaan di antara empat anak Tuanku Panglima Paderap.
Setelah sempat terjadi peperangan, Tuanku Panglima Pasutan akhirnya menjadi penguasa Kesultanan Deli selanjutnya.
Sedangkan Tuanku Umar Johan Alamsyah yang terusir dari Kesultanan Deli, pergi ke Serdang dan mendirikan Kesultanan Serdang.
Selain itu, Deli tercatat dua kali di bawah taklukkan Kerajaan Aceh dan juga pernah menjadi daerah taklukan Siak serta Belanda.
Pada 1861, Kesultanan Deli resmi menjadi kerajaan independen setelah lepas dari Aceh dan Siak.
Sejak saat itu, kerajaan ini mengalami perkembangan pesat dan makmur.
Kekayaan Kesultanan Deli dapat dilihat dari berkembangnya usaha perkebunan dengan komoditas utama tembakau.
Beberapa bangunan peninggalan Kesultanan Deli seperti Istana Maimun dan Masjid Raya Al-Mashun Medan juga menjadi bukti kejayaannya.
Kehidupan pemerintahan Kesultanan Deli
Wilayah kekuasaan Kerajaan Deli mencakup Kota Medan, Langkat, Suka Piring, Buluh Cina, dan beberapa negeri kecil di sekitar pesisir timur Pulau Sumatera.
Kekuasaan tertinggi kesultanan ini berada di tangan Sultan.
Dalam kehidupan sehari-hari, sultan tidak hanya berfungsi sebagai kepala pemerintahan, tetapi juga sebagai kepala urusan agama Islam dan kepala adat Melayu.
Untuk menjalankan tugasnya, raja atau sultan dibantu oleh bendahara, syahbandar (perdagangan), dan para pembantunya yang lain.
Peninggalan Kesultanan Deli
- Istana Maimun
- Masjid Raya Al-Mashun Medan
- Masjid Raya Al Osmani
- Taman Sri Deli
Referensi:
- Asiah, Nur. (2009). Ensiklopedia IPS: Kerajaan Nusantara. Jakarta: Mediantara Semesta.
sumber kompas.com
Komentar